Hui Sing harus meninggalkan Tionkok, mengikuti gugurnya, Laksamana Cheng Ho. Sampai di tanah Jawa, gadis belia ini terjebak dalam perseteruan berdarah antara majapahit dan Blambangan. Cintanya jatuh kepada orang yang salah, bahkan nyawanya terancam oleh pengkhianatan beruntun. Dalam harapan yang hampir putus, napas nyaris mendekati ujungnya, Hui Sing memutuskan untuk bangkit, melawan takdir!
Novel berlatar belakang keruntuhan kejayaan Majapahit ini menghamparkan perjuangan panjang seorang pendekar Muslimah dalam menemukan jati dirinya. Terpisah ribuan mil dari tanah kelahirannya, Hui Sing berjuang seorang diri meredam pengkhianatan, menundukkan penguasa bodoh, sekaligus menemukan cinta sejatinya.
Tasaro adalah penulis muda yang mau berkeringat dan berdialog dengan sejarah. Semoga Tasaro terus bersemangat menggali warisan sejarah.
Januari 23, 2010 pukul 12:18 pm
kayaknya menarik banget tu cerita,penasaran dgn jalan hidup hui sing
September 26, 2010 pukul 11:27 am
Cerita yg sangat bagus, Samita itu sosok perempuan yg sempurna…sayang ada kekurangan2 dr cerita Tasaro ini:
1. Ending yg tragis dari smua tokoh protagonisnya, kayaknya kurang fair
2. Di endingnya, Samita gak pantes & gak berhak mempermalukan Wikramawardhana seperti itu, hanya krn dia sakti mandraguna & muridnya Ceng Ho merasa berhak bertindak gitu!
Oktober 17, 2011 pukul 8:36 am
novel yg bagus, terima kasih reviewnya. novel ini kaya seru kalo difilmkan.
http://kafebuku.com/samita/